Ganjar Kunjungi dan Pastikan PLTU Jepang Aman

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi PLTU Isogo yang juga menggunakan batu bara milik J-Power di Yokohama, Jepang. Foto : Suara Merdeka
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi PLTU Isogo yang juga menggunakan batu bara milik J-Power di Yokohama, Jepang. Foto : Suara Merdeka

TROPIS.CO, YOKOHAMA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Isogo, Yokohama, Jepang, Kamis (8/11/2018), untuk memastikan langsung bahwa pembakaran batu bara aman dan tidak merusak lingkungan.

“Saya memang ingin melihat langsung teknologi Ultra Super Critical (USC) dalam menekan emisi karbon dari pembakaran batu bara.”

“Hal itu penting untuk menjadi gambaran bagaimana pengelolaan PLTU Batang yang ramah lingkungan,” kata Ganjar dalam keterangan tertulisnya kepada media.

Selama dua jam, Ganjar berkeliling ke beberapa bagian PLTU Isogo dan melihat cerobong setinggi 200 meter itu sama sekali tidak mengeluarkan asap.

Orang nomor satu di Jateng itu menjelaskan bahwa teknologi USC yang dikembangkan J-Power selaku penyuplai batu bara di PLTU Isogo berhasil membuat cerobong pembakaran tanpa asap dan mengurangi emisi karbon hingga 90 persen.

PLTU Isogo hanya berjarak enam kilometer dari pemukiman padat di Yokohama, kota terbesar kedua di Jepang dengan populasi 3,7 juta penduduk.

“Tidak ada polusi udara karena cerobongnya tidak mengeluarkan asap, udara di area PLTU dan sekitarnya tetap segar, penuh dengan taman hijau dan pepohonan yang tertata rapi,” ujarnya.

Selama kunjungan di PLTU Isogo, Ganjar didampingi Presiden Direktur J-Power Yasuhiro Koide, Direktur PLTU Isogo Yamamoto, dan Direktur External Relations Bhimasena Power Wasistho Adjinugroho.

J-Power adalah sponsor dari PT Bhimasena Power Indonesia bersama Adaro Power dan ITOCHU Corporation yang sedang membangun dan mengelola PLTU Batang yang berkapasitas 2×1.000 Mega Watt.

Direktur PLTU Isogo Yamamoto mengatakan, PLTU Batang ke depan akan menggunakan teknologi USC yang sama dengan PLTU Isogo.

“PLTU kami memiliki efisiensi paling tinggi di Jepang, meski menggunakan batu bara, tetapi konsentrasi emisinya paling rendah,” ungkapnya.

Awalnya PLTU Isogo yang dibangun pada 1960 ini menggunakan Flue Gas Desulfurization (FGF), tapi pada 1998 mulai menggunakan batu bara dengan kapasitas 2×600 MW dan dengan teknologi baru berhasil memangkas 90 persen emisi.

Menurut Yamamoto, jika negara penghasil emisi seperti Amerika Serikat, Cina, dan India menerapkan tingkat kinerja lingkungan tertinggi di pembangkit listrik Jepang termasuk PLTU Isogo, maka diperkirakan dapat mengurangi emisi karbondioksida (CO2) hingga kurang lebih 1,3 miliar ton per tahun atau sama dengan lima persen dari total emisi CO2 dunia.

Direktur External Relations Bhimasena Power Wasistho Adjinugroho menyatakan, saat ini PLTU Batang telah menyelesaikan pembebasan lahan 100 persen dan pembangunan konstruksi mencapai 57,2 persen dan menempati lahan 226 hektare dengan nilai investasi US$4,2 miliar itu ditarget dapat beroperasi penuh pada 2020.

“Untuk pembangunan konstruksi saat ini mempekerjakan 8.963 orang, 96 persen dari lokal, mayoritas warga Batang,” ujarnya.

PLTU Batang nantinya akan membantu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menambah suplai listrik Jawa dan Bali sebesar 5,7 persen.

Pasokan dari PLTU Batang membantu PLN untuk mencukupi kebutuhan listrik industri di beberapa daerah di Jawa Tengah, antara lain Kota Pekalongan, Kendal, dan Semarang. (*)