Selamat Jalan Eling Soetikno, Sang Wartawan Sejati

Eling Soetikno pernah tercatat sebagai wartawan Media Indonesia di Bangka Belitung bermarkas di Pangkalpinang. Foto : Istimewa
Eling Soetikno pernah tercatat sebagai wartawan Media Indonesia di Bangka Belitung bermarkas di Pangkalpinang. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Kabar duka itu saya terima dari Kiki Iswara Darmayana Pemimpin Umum Rakyat Merdeka. Saya dalam perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta ke rumah di kawasan BSD Serpong. Saya baru saja terbang menggunakan Citilink dari Belitung – Jakarta, berangkat 7.30 Wib dari Bandara Hanandjoedin.

” Man,apa benar Lion ke Pangkalpinang hilang contact,” ini pertanyaan Kiki.
” Lion yang berangkat pagi ya..” jawab saya.

“Yang berangkat pukul 6.20 Wib,” kata Kiki lagi.

“Saya belum dengar, entar saya cari tahu,” jawab saya.

Saya segera buka group WA Kerabat Bangka dan benar. Berbagai info sudah tersebar. Namun belum ada yang menyebut jatuh.

Info yang ada masih simpang siur. Ada yang menulis pesawat Lion Air JT 610 kembalinke Soetta dan ada yang menyebut sudah mendarat di Bandara Depati Amir, Pangkalpinang.

Beberapa waktu kemudian Kiki telepon balik. “Pesawat Lion jatuh, setelah 13 menit terbang. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun,”

Dan berikutnya info tentang jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 yang belakangan diketahui jatuh disekitar Karawang,Jawa Barat, tersebat luas.

Pesawat dikabarkan berpenumpang 181 orang dengan delapan awak, termasuk pilot dan co pilot.

Sungguh saya tidak membayangkan bahwa dari 181 penumpang itu ada sobat dekat.

Bahkan tak lagi sobat tapi kami seperti beraudara dan namanya ada di daftar penumpang, Hk Djunaidi, Dolar, Wardiman, Muctar Rasyid, Eling Soetikno, dan ada juga nama Ubaydilla Salabi.

Sosok yang terakhir ini adalah sobat di Ditjen Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang hari Senin (29/10/2018) itu dijadwalkan menjadi nara sumber dalam rapat tentang kehutanan di Pangkalpinang.

Lalu sosok lainnya adalah sobat yang saya kenal sebagai anggota DPRD Provinsi Bangka Belitong. Mereka pagi itu pulang ke Pangkalpinang, setelah perjalanan dinas ke Jakarta.

Eling Soetikno adalah sobat yang sejak tahun 1983 sudah menjadi saudara saya.

Seminggu sebelum kejadian masih sempat kontak melalui pesan singkat minta nomor HP Marcy Doni, mantan redaktur Harian Media Indonesia.

Eling Soetikno pernah tercatat sebagai wartawan Media Indonesia di Bangka Belitung bermarkas di Pangkalpinang.

Saya bersama Emron Pangkapi sebagai wartawan Media Indonesia di Jakarta.

Tahun 1983, sekitar bulan April, inilah awal persahabatan saya dengan Eling Soetikno, di saat saya memulai profesi sebagai wartawan.

Saya ditugaskan oleh Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA di Sumatera Selatan dan kemudian oleh Kepala ANTARA Sumsel ditugaskan di Bangka Belitung bermarkas di Pangkalpinang.

Sementara Eling Soetikno kala itu sudah menjadi wartawan Angkatan Bersenjata, surat kabar milik ABRI.

Selain Eling Soetikno, ada Tamrin Muchtar, wartawan Harian Merdeka, Roni Ahmad, wartawan harian terbitan Palembang, dan Moh Husin, wartawan Sumatera Expres, Herman Bermani, wartawan Sinar Harapan.

Dalam liputan kami selalu seiring sejalan, walau dalam tulisan beritanya selalu berbeda.

Dalam liputan, saya selalu berboncengan dengan Eling Soetikno dengan menggunakan sepeda motor Winter.

Liputan tidak sebatas Pangkalpinang, tapi hingga Mentok dan Toboali.

Dalam perjalanan liputan, boncengan dalam jarak jauh dengan kondisi jalan yang tak mulus, hingga ke Mentok, bukan suatu persoalan, bagi kita yang mendapatlan berita eksklusif yang investigasi.

Cukup banyak keluhan masyarakat berkaitan persoalan pelayanan administrasi pemerintahan yang menjadi objek investigasi.

Inilah materi liputan yang mendominasi saat itu, selain kegiatan pemerintahan daerah karena undangan liputan dari Humas Pemda Bangka di Sungailiat di era bupati H Djarab dan Pemda Pangkalpinang di kala Walikota M Arup yang kemudian dilanjutkan Pak Roesman, orang tua Gubernur Babel Erzaldi Roesman.

Kami pernah liputan ke lokasi Transmigrasi Rias di Bangka Selatan, saat gudang beras Bangka itu dilanda banjir.

Hasil liputan kami direspon cepat pemerintah pusat. Eling menuliskan laporan dalam human interest mengundang banyak pembaca terharu hingga banyak yang mengulurkan bantuan.

Dalam perjuangan pembentukan provinsi, Eling Soetikno merupakan sosok terdepan bersama saya, Emron Pangkapi, Safari ANS, Rizani Usman dan Bang Syahrildi Hoermen.

Dalam perjalanan hidupnya, Eling memang tidak hanya mengeluti profesi wartawan, belakangan di era reformasi.

Dia sempat ikut dalam bisnis timah dan kemudian terjun dalam dunia politik bersama Emron Pangkapi menjadi salah seorang ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Bangka Belitung.

Berulangkali ikut caleg DPRD provinsi Babel, tapi belum berhasil.

Menjadi anggota DPRD sebagai pengganti antarwaktu, karena Amri yang duduk menjadi anggota DPRD mengundurkan diri lantaran ikut mencalonkan sebagai wakil Bupati Bangka.

Eling pun dilantik menjadi anggota DPRD Provinsi Babel, baru sekitar Juni kemarin.

Di mata saya, Eling adalah sosok sobat yang sangat memperhatikan kawan.

Saat saya ingin mencalonkan menjadi Bupati Belitung Timur, tahun 2015, dia sangat mendukung dengan berusaha optimal mndapatkan dukungan dari PPP.

Dalam hal ini, Eling lebih mengutamakan kesetiakawan ketimbang politik partai.

Mengetahui surat dukungan terhadap saya belum turun, hari sudah larut malam padahal semua sudah tidak ada masalah termasuk wawancara, Eling bersama Eka Mulya yang kala itu Ketua DPW berinisiatif menemui Ketua Umum.

Berangkatlah kami ke rumah Ketua Umum di kawasan Condet. Jam telah menunjukan pukul 1.00 dini hari.

Kemudian bertemu dengan Ketua Umum PPP, lalu tanpa basa basi Eka Mulya, langsung menanyakan rekomendasi atas namaku, belum turun.

Betapa kaget mendengar jawaban ketua umum, bahwa rekomendasi diberikan kepada Yusli Ihza.

Di sinilah aku merasakan betapa tingginya kesetiakawanan seorang Eling Soetikno, bersama Eka Mulya, Eling mampu menyakinkan Ketua Umum, hingga rekomendasi yang sudah ditandatangani atas nama, Yusli Ihza, seketika itu juga diganti atas nama saya.

Bagi saya itu luar biasa, sebuah nilai persaudaraan yang diberikan Eling Soetikno.

Kini Eling sudah pergi. Pergi untuk selamanya. Gugur di saat perjalanan tugas. Pergi bersama sobat-sobat yang lain, di balik teka teki jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Karawang.

Pergilah sobat Allah telah memanggil kembali ke pangkuan-Nya. Insya Allah dirimu akan selalu disisi-Nya. Amin. Usmandie Andeska