Kolaborasi Pendanaan Guna Atasi Sampah Plastik di Laut

Menyelesaikan persoalan sampah plastik di laut ini dengan cara mengurangi penggunaannya, mengganti material plastiknya, dan sistem pengelolaan sampah plastik yang benar. Foto : vocedipopolo.it
Menyelesaikan persoalan sampah plastik di laut ini dengan cara mengurangi penggunaannya, mengganti material plastiknya, dan sistem pengelolaan sampah plastik yang benar. Foto : vocedipopolo.it

TROPIS.CO, NUSA DUA – Kolaborasi pendanaan yang dilakukan sejumlah produsen barang konsumsi dengan perputaran cepat (Fast Moving Consumer Goods/FMCG) mencapai  US$90 juta diumumkan di sela-sela Our Ocean Conference 2018 guna mengatasi sampah plastik di laut.

Founder dan CEO Circulate Capital Rob Kaplan, dalam kegiatan pendukung Ocean Plastics: The Role of Catalytic Capital di Our Ocean Conference (OOC) 2018, Nusa Dua, Bali, mengatakan dana yang dikeluarkan untuk produksi kemasan plastik bisa mencapai US$13 miliar per tahun.

Sementara sistem untuk menyelesaikan persoalan kemasan plastik bekas yang mencemari laut ini kompleks sekali.

Pendanaannya, menurut Rob, juga membutuhkan puluhan miliar dolar AS untuk bisa menyelesaikan persoalan tersebut, agar dampaknya tidak sampai seperti apa yang ditakutkan.

“Butuh pendanaan banyak, dan sekarang pendanaan pertama kita dimulai dari enam perusahaan (FMCG). Diumumkan mendekati US$100 juta atau mencapai US$90 juta,” ujarnya.

Sementara Managing Director International Initiatives Ocean Conservancy Susan Ruffo mengatakan bahwa beberapa waktu lalu memang tidak ada yang tahu besarnya jumlah sampah plastik di laut dan dari mana asalnya.

Hasil penelitian tentang sampah plastik yang dilakukan Dr Jenna Jambeck dari University of Georgia menjelaskan semuanya sehingga tahu bagaimana harus mengatasinya.

Hal yang perlu diketahui, mayoritas sampah plastik di laut datang dari daratan karena kesalahan manajemen.

“Ini masalah global, buka hanya dihadapi satu negara saja. Sampah yang ada di laut jadi masalah kompleks dan ini jadi masalah global sehingga butuh penyelesaian bersama,” ungkap Dr Jenna.

Dia menilai, hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan persoalan sampah plastik di laut ini dengan cara mengurangi penggunaannya, mengganti material plastiknya, dan sistem pengelolaan sampah plastik yang benar.

Sementara Staff Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Suseno Sukoyono mengatakan, masalah sampah plastik bukan soal jumlahnya saja, tetapi persoalannya banyak yang berakhir di laut.

Ia menyebut tren lima persen peningkatan jumlah sampah plastik per tahun di laut terjadi sejak 2015.

Oleh sebab itu, kebersamaan merupakan bagian dari mencari solusi.

“Kolaborasi pemerintah bersama sektor swasta untuk menciptakan produsen yang mempertanggungjawabkan produksinya, sudah menjadi tuntutan,”

“Dan Ini momentumnya, jadi perlu bekerja sama untuk lebih baik, ujar Suseno.

Sebelumnya, pada 25 Oktober 2018, di New York dan Singapura sejumlah perusahaan FMCG yakni PepsiCo, Procter & Gamble, Dow, Unilever dan The Coca-Cola Company mengumumkan niat bergabung dalam pasukan untuk menanam modal dan berinvestasi pada starup, komunitas, usaha kecil dan menengah yang melakukan bisnis pengelolaan sampah plastik, pengolahan sampah plastik, daur ulang sampah plastik di Asia Selatan dan Asia Tenggara. (*)