BPPT Kombinasikan Citra Satelit Guna Data Produksi Padi

BPPT gunakan teknologi Metode KSA dalam menunjang akurasi data statistik, yakni untuk mengetahui produksi padi nasional. Foto : Trubus.id
BPPT gunakan teknologi Metode KSA dalam menunjang akurasi data statistik, yakni untuk mengetahui produksi padi nasional. Foto : Trubus.id

TROPIS.CO, JAKARTA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggunakan Metode Kerangka Sampel Area (KSA) dengan mengombinasikan teknologi citra satelit dan “mobile app” android guna mendata produksi padi di Indonesia.

Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza di Jakarta, Selasa (23/10/2018), mengatakan teknologi pengukuran luas panen padi ini merupakan kerja sama BPPT dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk pendataan statistik produksi pertanian tanaman pangan, utamanya padi.

“Inovasi KSA merupakan teknologi yang berperan penting dalam menunjang akurasi data statistik, yakni untuk mengetahui produksi padi nasional, yang selanjutnya dikonversi menjadi produksi gabah kering giling (GKG) dan beras,” tutur Hammam.

Dia mengatakan bahwa citra satelit dan mobile apps berbasis android mengunci koordinat lahan sawah, sehingga lebih akurat dalam pendataan untuk statistik.

Menurutnya, metode KSA ini digunakan untuk mengukur luasan panen padi mulai dari persiapan lahan, fase vegetatif awal hingga panen, sehingga data produksi padi dapat diperoleh secara akurat. Teknologi ini telah diuji.

Sementara Sekretaris Utama BPPT Wimpie AN Aspar menjelaskan bahwa pihaknya mengembangkan teknologi KSA sebagai tindak lanjut arahan Presiden dalam rapat terbatas kebijakan pangan.

Teknologi ini dapat memberikan data produktivitas pertanian yang sangat akurat dengan pengambilan data yang sesuai dengan titik koordinat langsung.

Pada 2017, seluruh Pulau Jawa sudah dilakukan pengambilan data melalui metode KSA ini, dan di 2018 akan diupaya untuk luar Pulau Jawa.

“KSA bukan metode ‘remote sensing; tetapi adalah data-data yang diperoleh dari citra satelit, data dari pemetaan radar kemudian dilakukan ‘ground check’ ke lapangan sehingga kita mengetahui data koordinat yang ada dilokasi tersebut dan langsung di foto kemudian akan dimasukkan ke dalam sistem yaitu sistem android,” ungkap Wimpie.

Ia menyatakan, metode KSA ini sudah diakui Perkumpulan Ahli Statistik Indonesia (PASI) dan sudah dimanfaatkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

“Semoga dengan diterapkannya metode KSA ini semua dapat menjadi satu data yang valid dan akurat untuk dapat digunakan di mana-mana, baik untuk pengukuran dan produksi lahan baku,” pungkasnya. (*)