FAO Dukung Optimalisasi Lahan Rawa Guna Tingkatkan Produksi Pangan

Ada sekitar 34 juta hektare rawa di Indonesia dan lebih dari 9 juta dari total lahan rawa tersebut memiliki potensi untuk produksi pertanian. Foto : Kementerian Pertanian
Ada sekitar 34 juta hektare rawa di Indonesia dan lebih dari 9 juta dari total lahan rawa tersebut memiliki potensi untuk produksi pertanian. Foto : Kementerian Pertanian

TROPIS.CO, JEJANGKIT – Organisasi Pangan dan Pertanian dari Perserkatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture Organization of United Nations (FAO) mendukung optimalisasi lahan rawa untuk meningkatkan produksi pangan nasional.

Dukungan tersebut disampaikan FAO Representative di Indonesia Stephen Rudgard dalam rilisnya saat pembukaan Hari Pangan Sedunia di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis (19/10/2018).

Dia mengatakan, fokus pemerintah untuk Hari Pangan Sedunia 2018 dengan tema “Optimalisasi Lahan Rawa Pasang Surut dan Air Tawar Menuju Indonesia Menjadi World Food Barn pada 2045” merupakan langkah yang cukup besar dengan berbagai tantangan yang dihadapi.

FAO mencatat, sebagaimana perkiraan pemerintah bahwa ada sekitar 34 juta hektare rawa di Indonesia dan lebih dari 9 juta dari total lahan rawa tersebut memiliki potensi untuk produksi pertanian.

Seperti di Kecamatan Jejangkit saja, ada lebih dari 3 ribu hektare yang dibudidayakan di bawah program baru.

“Kami melihat kepemimpinan pemerintah dalam hal ini, dan kami sangat senang bahwa Kementerian Pertanian mempromosikan penerapan praktik-praktik pertanian yang baik terkait dengan penerapan model FAO,” ujar Stephen.

Ia juga mengapresiasi upaya intensifikasi produksi pangan yang berkelanjutan, termasuk mengurangi penggunaan pestisida melalui pengendalian hama terpadu.

Stephen menekankan bahwa peningkatan produktivitas sangat penting untuk memberi makan populasi yang berkembang.

Namun, lebih penting lagi untuk memiliki pendekatan pertanian yang berkelanjutan dalam berbagai intervensi pertanian.

Menurutnya, pemerintah harus terus berupaya meningkatkan produksi beras sebagai upaya memastikan ketahanan pangan.

Secara global, produksi pangan harus digandakan pada tahun 2050 untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan memberi makan populasi lebih dari 9 miliar orang.

Pada saat itu, penduduk Indonesia akan mencapai lebih dari 300 juta ditambah dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan permintaan konsumen.

Hal-hal ini akan memberi tekanan besar pada sistem pangan di Indonesia.

Stephen menilai, kebutuhan makan dunia secara global terus meningkat dan angka kelaparan terus meningkat selama hampir tiga tahun terakhir .

Orang-orang di dunia yang menderita kurang makan kronis telah meningkat dari sekitar 804 juta pada 2016 menjadi hampir 821 juta 2017.

Ini sekitar 11 persen dari populasi dunia atau setara dengan satu dari sembilan orang di planet Bumi.

Konflik, pengaruh cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim, dan perlambatan ekonomi membalikkan kemajuan yang dibuat dalam perang melawan kelaparan.

Namun demikian, menurutnya, pertumbuhan jumlah orang yang kekurangan makanan bukanlah satu-satunya tantangan besar yang dihadapi.

Proporsi obesitas atau kegemukan juga terus meningkat. Pada tahun 2016, orang yang menderita obesitas di dunia adalah 13, 3 persen (672, 3 juta orang).

“Pada 2017, juga ditemukan sekitar 1,5 miliar orang menderita kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) yaitu makanan yang mereka makan tidak memiliki vitamin dan mineral yang cukup dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan,” pungkas Stephen. (*)