Peneliti Bengkulu Kembangkan Kultur Jaringan Anggrek Pensil

Pemerintah kolonial Inggris menobatkan anggrek pensil sebagai Queen of Orchids dan mendapat penghargaan First Class Certificate. Foto : Tokopedia
Pemerintah kolonial Inggris menobatkan anggrek pensil sebagai Queen of Orchids dan mendapat penghargaan First Class Certificate. Foto : Tokopedia

TROPIS.CO, BENGKULU – Para peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mengembangkan teknik kultur jaringan untuk mempercepat peningkatan pengembangan tanaman anggrek pensil (Papillionanthe Hookerina) yang terancam punah di wilayah itu.

“Teknik ini mampu meningkatkan populasi dan menyediakan indukan unggul anggrek pensil,” kata salah seorang peneliti anggrek, Atra Romeida, di Bengkulu, Minggu (30/9/2018).

Anggrek pensil merupakan tanaman hias endemik Bengkulu, di mana flora ini banyak ditemukan di kawasan Danau Dendam Tak Sudah yang memiliki luasan mencapai 557 hektare dan 67 hektare luas permukaan air.

Lokasi ini berjarak sekitar 6 kilo meter dari Kota Bengkulu.

“Di habitatnya, kami hanya menemukan dua lokasi anggrek pensil.”

“Lokasi pertama terdapat 50 batang, sedangkan lokasi kedua hanya ada sembilan batang.”

“Populasi bunga ini sulit bertambah karena bijinya tidak memiliki cadangan makanan, sehingga angka harapan hidupnya rendah,” ungkap Atra.

Dia berharap, dengan melalui teknik kultur jaringan ini satu biji dari bibit unggul dapat diperbanyak menjadi 10.000 bibit baru.

Teknik ini mampu meningkatkan populasi anggrek pensil di alam Bengkulu.

“Kultur jaringan merupakan upaya membudidayakan jaringan tanaman induk menjadi tanaman baru yang mempunyai kesamaan sifat dengan induknya,” jelasnya.

Berdasarkan literatur sejarah tahun 1882, pemerintah kolonial Inggris menobatkan anggrek pensil sebagai Queen of Orchids dan mendapat penghargaan First Class Certificate.

Penyematan nama anggrek pensil lantaran bentuk daunnya tipis memanjang seperti pensil.

Warna bunga tanaman ini merupakan perpaduan antara putih dan ungu.

“Kami mengupayakan pelestarian dengan teknik kultur jaringan agar spesies anggrek ini tidak punah,” pungkas Atra Romieda. (*)