Komunitas Nol Sampah Kampanyekan Diet Sedotan Plastik

Sedotan plastik tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Foto : Trubus.id

TROPIS.CO, SURABAYA – Ratusan relawan yang tergabung dalam Komunitas Nol Sampah mengkampanyekan Diet Sedotan Plastik di acara Car Free Day yang digelar di Jalan Raya Darmo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (23/9/2018).

“Terkait sampah plastik yang sering menjadi masalah adalah pemakaian plastik sekali pakai.”

“Salah satu plastik sekali pakai yang kerap menjadi masalah adalah sedotan plastik,” kata Koordinator Komunitas Nol Sampah, Hermawan Some, saat kampanye di Jalan Raya Darmo.

Aksi kampanye diet sedotan plastik ini juga diikuti komunitas lainnya seperti Hilo Green Community, Trash Bag Community, Smandry, mahasiswa dan pelajar dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.

Hermawan Some mengatakan sampah plastik terutama sampah plastik di laut menjadi salah satu isu penting di Indonesia.

Riset Jambeck di tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan peringkat kedua dunia sebagai penyumbang sampah plastik ke laut.

“Jumlahnya mencapai sebesar 1,29 juta ton per tahun atau setara dengan 215.000 gajah jantan Afrika dewasa,” tuturnya.

Menurut Hermawan, perubahan gaya hidup yang cenderung lebih memilih hal yang instan dan praktis menyebabkan sampah plastik di Indonesia termasuk Kota Surabaya dari tahun ke tahun terus meningkat.

Faktanya 15 hingga 17 persen sampah di Indonesia adalah sampah plastik.

Bahkan di Surabaya, menurut beberapa kajian sampah plastik terus meningkat dari tahun ke tahun.

Di tahun 1988 dari total sampah hanya 5,6 persen plastik, tapi 2018 sampah plastik meningkat menjadi 15 persen atau sekitar 400 ton per hari.

“Fakta eco watch.org menyebutkan di dunia ada 500 juta sedotan plastik dipakai setiap hari.”

“Bahkan di Amerika Serikat angkanya mencapai 175 juta sedotan plastik yang dipakai setiap hari,” ujar Hermawan.

Data Divers Clean Action (DCA) menyebut pemakaian sedotan plastik di Indonesia mencapai 93.244.847 batang, berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya.

Jumlah konsumsi sedotan per hari ini jika disusun memanjang, panjangnya akan mencapai 16.784 kilometer atau setara dengan jarak Jakarta-Mexico City.

Jika diakumulasi seminggu, panjangnya bisa mencapai 117.449 kilometer atau setara dengan jarak tiga kali keliling bumi.

Menurut dia, kurang dari 50 persen sedotan plastik tersebut yang bisa didaur ulang, sisanya akan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dibakar atau masuk ke sungai lalu mengumpul di laut.

“Setelah bertahun-tahun di sungai dan laut, sampah sedotan plastik tersebut akan menjadi ancaman bagi kehidupan di sungai dan laut,” sebut Hermawan.

Oleh karena itu, ia dan Komunitas Nol Sampah mengajak warga Kota Surabaya dan sekitarnya untuk mulai melakukan diet sedotan plastik.

Hal ini dikarenakan sedotan plastik tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.

“Gerakan ini sudah dilakukan di beberapa kota di dunia. Dunia bisnis pun mulai menyiapkan gerakan minum tanpa sedotan plastik ini,” ujarnya.

Namun gerakan konsumen yang selalu bersamaan dengan penyadaran atau edukasi bagi masyarakat akan lebih berdampak positif.

“Ayo kita mulai untuk mengatakan tidak pada sedotan plastik,” pungkas Hermawan. (*)