Dirjen Migas Beberkan Strategi Atasi Defisit Migas

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai defisit neraca sektor minyak dan gas bumi pada 2018 lebih baik dibandingkan 2017. Foto : Harian Depok
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai defisit neraca sektor minyak dan gas bumi pada 2018 lebih baik dibandingkan 2017. Foto : Harian Depok

TROPIS.CO, JAKARTA – Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Djoko Siswanto membeberkan sejumlah strategi pemerintah untuk mengatasi defisit neraca sektor migas.

“Strateginya, setidaknya ada empat yang tengah dipersiapkan,” kata Djoko di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (20/9/2018).

Pertama adalah mengenai kebijakan penggunaan campuran biodiesel B20 di setiap SPBU Pertamina.

Kedua, membeli crude bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).

“Kalau B20 sukses, kita tidak akan mengeluarkan dolar untuk membeli (impor) ‘kan, begitu pula bagian KKKS,” jelasnya.

Selanjutnya, yang ketiga adalah memaksimalkan penggunaan produk dan jasa dalam negeri (TKDN) dalam setiap pengembangan proyek migas.

Keempat, adalah “letter of credit (LC), semua perusahaan yang akan membeli produk di bidang energi baik itu batu bara, maupun yang lainnya itu harus membayar dengan memakai LC negeri ini, maka Indonesia akan mendapatkan dolar.

“Yang buka LC di luar negeri, kita pindahkan ke dalam negeri. Artinya apa? Kepada kita akan banyak masuk uang dolar,” tutur Djoko.

Sebelumya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai defisit neraca sektor minyak dan gas bumi pada 2018 lebih baik dibandingkan 2017.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan bahwa hingga triwulan kedua 2018, penerimaan negara dari lifting minyak dan gas mencapai US$6,57 miliar.

Sementara, nilai ekspor migas sampai dengan triwulan kedua 2018 mencapai US$5,89 miliar dan impor migas US$12,73 miliar.

“Dengan menjumlahkan penerimaan negara dan ekspor, lalu dikurangi impor, maka neraca sektor migas terdapat defisit hanya sebesar US$0,27 miliar,” jelasnya.

Sedangkan, untuk perhitungan sepanjang 2017, angka defisit neraca sektor migas tercatat US$1,55 miliar dengan rincian penerimaan negara US$9,92 miliar, ekspor US$10,8 miliar, dan impor US$22,27 miliar.

“Dengan demikian, secara keseluruhan, angka defisit neraca sektor migas kita pada 2018 lebih baik sedikit dari 2017,” ungkap Arcandra.

Ia juga mengatakan bahwa hingga saat ini minyak bumi masih menjadi salah satu penyumbang utama pendapatan negara.

Kemenkeu mencatat pada semester satu 2018, minyak bumi telah menyumbang 34 persen dari realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP). (*)