Indonesia Suarakan Pengurangan Sampah Plastik Global

Sampah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan secara global. Foto : Sampah Muda
Sampah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan secara global. Foto : Sampah Muda

TROPIS.CO, JENEWA – Pemerintah Indonesia dalam pertemuan “The 11th Open-Ended Working Group (OEWG) of the Basel Convention” mengimbau pengurangan sampah plastik global, demikian keterangan tertulis kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa, Minggu (9/9/2018).

Upaya pengurangan sampah plastik menjadi perhatian serius delegasi berbagai negara pada pertemuan Kelompok Kerja Konvensi Basel (Basel Convention) yang berlangsung di Jenewa pada 3-6 September 2018.

Konvensi Basel merupakan perjanjian internasional untuk mengontrol polusi zat kimia dan limbah bahan berbahaya. Pencemaran plastik di laut menjadi topik utama pada OEWG tersebut.

Atas prakarsa Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB, WTO dan organisasi internasional lainnya di Jenewa, Indonesia bersama Swiss, Norwegia, Prancis, Inggris, Uruguay dan Kolombia, menyuarakan perlunya aksi global mengurangi limbah plastik, terutama di ekosistem laut.

Seruan itu dilakukan dengan menyelenggarakan High-Level Event on Marine Plastic Litter and Microplastics pada 4 September 2018 di Markas Besar PBB Jenewa, Swiss.

Acara diskusi itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global perlunya tindakan kolektif dalam mengatasi sampah plastik laut.

Dalam diskusi tersebut, Indonesia diwakili oleh Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Novrizal Tahar.

Novrizal menyampaikan  kebijakan dan strategi pengurangan sampah plastik laut sebesar 30 persen pada 2025.

Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa program nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik.

“Indonesia secara konsisten mendukung pembahasan isu sampah plastik di laut pada berbagai forum global, termasuk Konvensi Basel, dengan harapan memperoleh dukungan peningkatan keahlian dan kapasitas kelembagaan nasional,” kata Wakil Tetap RI di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib.

“Dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, laut dan sumber daya hayati serta non hayati di dalamnya adalah kekayaan penting bangsa Indonesia yang harus terus kita jaga,” ujar Hasan.

Dia menekankan bahwa upaya mengatasi sampah plastik di laut memerlukan kerja sama global di mana semua negara perlu berbagi pengalaman, mentransfer teknologi, serta melakukan koordinasi lintas batas.

Indonesia telah memiliki kerja sama dengan Norwegia dalam mengatasi sampah plastik laut di Teluk Jakarta.

Dengan dibawanya isu sampah plastik pada tingkat global, diharapkan bentuk kerja sama pengurangan sampah plastik menjadi semakin masif, efektif dan sistematis.

Bertambahnya volume sampah plastik menjadi masalah yang perlu ditangani serius.

Sea Education Association memperkirakan bahwa sejak 1950 telah diproduksi sebanyak 8,3 miliar ton plastik.

Sampah plastik memiliki dampak buruk yang besar bagi lingkungan karena sulit terurai akibat panjangnya rantai karbon.

Pencemaran plastik dikhawatirkan mengganggu ekosistem dan menimbulkan kerusakan lingkungan.

Tidak hanya di tanah, sampah plastik juga menimbulkan dampak buruk di laut.

Plastik dan partikel plastik kecil (microplastics) mencemari biota laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem. (*)