MPA Dilibatkan KLHK Dalam Pengendalian Karhutla

MPA diberikan bimbingan bagaimana melakukan patroli, memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat desa dengan menggunakan bahan pendukung seperti leafler, booklet, stiker, dan spanduk kepada masyarakat. Foto : Kementerian LHK
MPA diberikan bimbingan bagaimana melakukan patroli, memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat desa dengan menggunakan bahan pendukung seperti leafler, booklet, stiker, dan spanduk kepada masyarakat. Foto : Kementerian LHK

TROPIS.CO, SIBOLANGIT – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membentuk kelompok masyarakat dalam wadah Masyarakat Peduli Api (MPA). Hal ini merupakan upaya dari KLHK guna melibatkan masyarakat dalam setiap usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di lapangan.

MPA dibentuk KLHK pada daerah-daerah rawan karhutla untuk menjadi mitra dalam penanganan setiap karhutla yang terjadi.

Peran MPA di lapangan sangat penting, dimana setiap kejadian karhutla dapat segera diinformasikan kepada pihak yang berwenang untuk segera dilakukan penanganan agar karhutla tidak meluas.

Bahkan mereka secara langsung turut terlibat dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bersama Manggala Agni di lapangan.

“Pelibatan masyarakat sangat penting dalam setiap upaya pengendalian karhutla yang dilakukan di tingkat tapak.”

“Kegiatan pencegahan melalui patroli terpadu, kami mengajak masyarakat. Begitupun dalam melakukan sosialiasi pencegahan, bahkan Manggala Agni dengan para pihak lainnya yang tergabung dalam satgas dalkarhutla juga sering bersama masyarakat setempat bahu-membahu melakukan upaya pemadaman,” tutur Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles B. Panjaitan.

Raffles menyatakan bahwa arahan Presiden RI dalam Rapat Koordinasi Karhutla setiap awal tahun, selalu menegaskan bahwa dalam pengendalian karhutla, pelibatan masyarakat menjadi langkah penting.

Masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya-upaya pengendalian karhutla yang dilakukan Pemerintah.

“Kami membentuk MPA dan kami terus bina, kami beri pelatihan bagaimana mereka bisa membantu di lapangan sehingga setiap kejadian karhutla yang terpantau, dapat segera dilaporkan atau langsung dilakukan pemadaman dini oleh MPA,” ungkap Raffles.

Agar dapat berperan secara optimal, KLHK memberikan pembinaan terhadap MPA yang telah dibentuk. Pembinaan dilakukan dengan memberikan pelatihan upaya pencegahan sesuai dengan permasalahan di wilayahnya.

Selain pelatihan pemadaman, MPA juga diberikan pelatihan mengenai upaya pencegahan karhutla.

Sebagaimana dilakukan kepada MPA di wilayah Daerah Operasional Manggala Agni Sibolangit Provinsi Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

Ada lima kelompok MPA yang berasal dari desa-desa rawan di sekitar Danau Toba mengikuti pelatihan mengenai patroli pencegahan karhutla.

Pembinaan dilakukan bekerjasama dengan Manggala Agni Sibolangit dan juga KPH XIV Sumatera Utara.

MPA diberikan bimbingan bagaimana melakukan patroli, memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat desa dengan menggunakan bahan pendukung seperti leafler, booklet, stiker, dan spanduk kepada masyarakat.

Melalui pelatihan ini diharapkan MPA dapat menjadi pelopor untuk dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat lainnya dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Kegiatan serupa juga dilakukan di Daerah Operasional Banjar, Kalimantan Selatan (29-30/8/2018).

MPA berasal dari enam desa rawan di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu Mandiangin Barat, Mandiangin Timur, Landasan Ulin Timur, Putik Tengah, Karang Intan, dan Aranio diberikan pelatihan pembuatan cuka kayu yang memanfaatkan limbah organik untuk dijadikan pupuk atau bahan lainnya.

Pembuatan cuka kayu ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Peran serta masyarakat dalam MPA ini diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam menangani ancaman kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. (*)