Indonesia dan Malaysia Perkokoh Kerjasama Hadapi Isu Sawit dari Uni Eropa

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (kedua dari kanan) berharap Indonesia dan Malaysia punya pendekatan dan strategi yang sama hadapi isu sawit negatif dari Uni Eropa. Foto : Istimewa
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (kedua dari kanan) berharap Indonesia dan Malaysia punya pendekatan dan strategi yang sama hadapi isu sawit negatif dari Uni Eropa. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Indonesia dan Malaysia hendaknya lebih memperkokoh kerjasama “perang” melawan isu negatif sawit yang dilancarkan Uni Eropa.

“Indonesia dan Malaysia merupakan produsen terbesar Palm Oil dunia hingga jangan mau diganggu pihak asing yang hendak menghancurkan sawit kita,” kata Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato’ Syaifuddin Abdullah.

Dato’ Syaifuddin Abdullah melontarkan itu saat kunjungan kenegaraannya kepada Ketua DPR RI Bambang Soesatyo.

Bamsoet, begitu panggilan Bambang, menerima kunjungan kolumnis Malaysia di rumah dinasnya di kawasan Gatot Soebroto Jakarta.

Kata Dato’ Syaifudin Abdullah, di Malaysia ada MPOB – Malaysian Palm Oil Berhad, dan di Indonesia ada Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

“Melalui kedua lembaga ini kita perkokoh Kerjasama kedua negara dalam.pengembangan industri sawit, sekaligus “perang” melawan isu negatif palm oil Eropa,” kata Dato’ Syaifuddin Abdullah.

Sementara Bambang Soesatyo sangat sepakat hubungan Indonesia – Malaysia dalam semua hal, termasuk industri kelapa sawit, terutama berkaitan dengan isu isu negatif terhadap minyak sawit harus dipererat hingga Indonesia – Malaysia punya pendekatan dan strategi yang sama agar semua gerakan jauh lebih efektif.

” Tentu kita sangat merespon tawaran kerjasama ini, terlebih berkaitan dengan palm oil,” kata Bambang.

Minyak sawit atau palm oil merupakan minyak nabati yang belakangan sangat disegani minyak nabati lain.Terutama minyak mata hari dan minyak kedelai yang dihasilkan sebagian besar oleh negara negara kawasan Eropa.

Tingginya tingkat daya saing minyal sawit menjadi ancaman minyak kedelai dan minyak marahari. Dengan alasan itulah hingga mereka terus menerus menyerang keberadaan minyak sawit. (*)