KPB Nusantara Siap Pasarkan Lada Petani Babel

PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara siap memasarkan komoditas lada produksi petani Bangka Belitung. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara atau lebih dikenal sebagai Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan Nusantara, siap memasarkan komoditas lada produksi petani Bangka Belitung.

Kesiapan itu disampaikan langsung Direktur Operasional PT KPB Nusantara Iman Bimantara saat menerima kunjungan Dirut PT Pembangunan Belitung Timur, Selamat, yang didampingi Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Ikatan Keluarga Masyarakat Bangka Belitung di Jakarta, H. Usmandie A. Andeska.

Sementara saat menerima kunjungan itu Iman didampingi Ir. Dadang Juanda, Manager penjualan, dan Alfred, Manager Umum.

“Pada prinsipnya kami siap untuk memasarkan setiap produk pertanian yang dihasilkan petani,” kata Iman.

Menurut Iman, khusus untuk lada atau sahang ini, pihaknya akan mempelajari spesifikasinya lebih dalam, mengingat ini merupakan komoditi baru bagi KPB Nusantara.

Terutama jenis dan kualitas lada yang siap dipasarkan, sebab sebelum melakukan transaksi, soal kualitas sudah menjadi dasar pertimbangan pembeli.

“Dalam beberapa kali pertemuan dagang di luar negeri, memang terkadang ada buyer yang meminta komoditi lada ini,” ujar Iman, dan kebanyakan yang minta itu pembeli pembeli Eropa.

“Karenanya nanti andai kata kerjasama ini bisa direalisasikan, orientasi pasarnya ke Eropa,” tambahnya.

Dadang Juanda mengemukakan, sebelumnya ada pihak Pemda Bangka Belitung sudah sempat mendatangi KPB Nusantara dalam rangkaian kerjasama pemasaran lada Bangka Belitung. Dadang tak ingat pasti dari kabupaten mana.

Hanya sayang tidak berlanjut, tak ada kabar lanjutan dari Pemda tersebut. “Mungkin karena ada pergantian pejabat hingga rencana itu tak berlanjut, padahal pembicaraan sudah berjalan hampir enam bulan,” kata Dadang.

Kala itu, lanjut Dadang, sudah sempat membicarakan soal harga dan harga yang diminta sangat tinggi.

“Mereka minta harga di ujung yang saat itu kalau dirupiahkan sekitar Rp750.000,00 per kilogram,” ungkapnya.

“Tapi setelah kita cek harga yang diminta tersebut, itu harga lada yang sudah berulangkali melalui proses, hingga kualitasnya memang sangat super dan dalam bentuk kemasan.”

“Sementara yang kita rencanakan untuk di pasarkan dalam bentuk curah yang masih berupa butiran dengan kualitas standar.”

“Bukan hanya itu saja persoalannya, kala itu tidak jelas pola kerjasamanya, dengan siapa atau lembaga mana, apa dengan petani, kelompok tani, atau Pemda.”

“Kala itu kita menginginkan ada lembaga berbadan hukum sehingga pola kerjasamanya jelas, dengan koperasi atau BUMD, sebab KPB Nusantara tidak mungkin bekerjasama dengan banyak petani secara perorangan dalam ragam kualitas produk yang berbeda.”

“Bahkan kala itu, kita siap membantu modal awal sebagai modal pembelian dan proses peningkatan kualitas lada yang mau dipasarkan tersebut,” tutur Dadang.

Selamat, sengaja bertandang ke PT KPB Nusantara di kawasan Cut Mutiah Jakarta, dalam upaya menjajaki kemungkinan kerjasama dalam pemasaran lada dan sejumlah komoditas pertanian yang dihasilkan masyarakat Bangka Belitung, khususnya Belitong, termasuk kopi Robusta yang kini mulai dikembangkan masyarakat.

Di hadapan petinggi PT KPB Nusantara itu, Selamat menyebut bahwa di gudang PT Pembangunan Belitung Timur di Manggar, kini ada stok lada yang sudah diproses pemutihan secara alami, sebanyak 12 ton lada siap dipasarkan.

Dalam upaya menampung lada petani ini, kata Selamat, pihaknya telah menerapkan sistem resi gudang sebagai salah satu cara mengangkat harga lada petani disaat anjlok tajam.

Saat ini harga lada di tingkat petani dalam kisaran Rp55.000,00 hingga Rp 65.000,00 per kilogram. Harga ini dirasakan kalangan petani sangat rendah hingga kurang menguntungkan lantaran tingginya biaya produksi dan pemeliharaan.

“Petani akan merasa untung bila harga mendekati Rp100.000,00 per kilogram,” katanya.

Beberapa waktu lalu harga lada di Bangka Belitung ini hampir menembus Rp200.000,00 per kilogram, tapi kini harganya anjlok tajam, bahkan sempat menembus di bawah Rp50.000,00 per kilogram.

Karena itu, sebagai BUMD kami diminta oleh Bupati untuk mencari alternatif pasar hingga mendapatkan harga yang sedikit baik.

Salah satunya dengan menjajaki kemungkin bisa bekerjasama dengan KPB Nusantara sebagai BUMN pemasaran komoditas perkebunan yang sudah memiliki jaringan pemasaran yang sangat luas di luar negeri.

“Dengan sistem pemasaran lelang atau auction kita berharap mendapat harga terbaik,” harap Selamat.

PT KPBN, BUMN yang sahamnya dimiliki sejumlah perusahaan perkebunan negara, adalah perusahaan trading yang selama ini khusus memasarkan semua komoditas perkebunanan yang dihasilkan BUMN perkebunan, mencakup crude palm oil (CPO), karet, kopi, gula, dan teh.

Dalam pemasarannya KPBN menerapkan sistem tender dan auction yang pembelinya sebagian besar perwakilan perusahaan asing.

Komoditas unggulan yang menjadi andalan KPB Nusantara adalah CPO yang setiap tahun tak kurang dari 4 juta ton yang berhasil dipasarkan. Sebagian besar pembelinya perusahaan perusahaan asing sebagai minyak makan dan kebutuhan industri.

Omset perdagangan lembaga pemasaran yang sudah eksis sejak 50 tahun silam ini rata rata di atas Rp1 triliun setiap tahunnya. (*)