Bila Menteri LHK Siti Nurbaya Dengarkan Curhat Pemulung

TROPIS.CO, JAKARTA- Masyarakat persampahan nasional siap wewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2025, melalui proses pengurangan dan pengolahan hingga menjadikan sampah produk bernilai ekonomi.

Dalam dialog persampahan yang dikemas dalam program GREEN RAMADHAN 2018 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (24/5/2018), masyarakat peduli sampah ini telah menunjukan kesiapan mereka dalam mensukseskan program yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Dalam dialog yang dipandu Prof. Suryo Adi Wibowo itu, semua lapisan dari persampahan nasional menjadi pembicara. Acara itu dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar beserta pejabat di lingkungan Kementerian LHK, termasuk Dirjen Pengolahan Sampah, Limbah, dan B3, Rosa Vivien Ratnawati.

Kegiatan yang bertemakan “Berjuta Cinta untuk Indonesia Hijau, Adi,l dan Lestari” ini juga dihadiri oleh lebih dari 350 masyarakat peduli sampah, kalangan pemulung, pengelola Bank Sampah, pengepul sampah, pemerhati dan LSM.

Saharudin Ridwan Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia, mengatakan, kekuatan utama pengelolaan sampah ada pada masyarakat. Mulai dari pemulung, pengelola bank sampah, komunitas/pemerhati lingkungan, serta komitmen untuk bersama-sama mengatasi sampah secara nasional.
Selain harus berbasis partisipasi masyarakat, kunci keberhasilan pengelolaan sampah adalah memberikan manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi, sustainable, dan ketahanan.

Kendati demikian, peran pemerintah masih sangat diharapkan dalam upaya menghindari adanya persaingan yang kurang baik antara “pemain”, terutama berkaitan dengan pembelian produk sampah yang bernilai.

Saharuddin Ridwan yang juga Ketua Asosiasi Bank Sampah Kota Makassar, juga menyebutkan, di Kota Makassar Bank Sampah Induk statusnya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang mendapatkan dukungan permodalan sebesar Rp 2,8 miliar setiap tahun.

Misi dialog ini menurut Rosa Vivien Ratnawati, pemerintah ingin mendengarkan langsung suara masyarakat tentang isu-isu terkini dalam hal pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia, khususnya dalam persampahan, termasuk berkaitan dengan program Indonesia Bersih Sampah 2025, seperti yang telah dituangkan di dalam Perpres No.97 Tahun 2017 tentang sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.

Topik yang diangkat pada diskusi pertama di bulan Ramadhan tahun ini adalah “Bisnis Kelola Sampah yang Berkah”. Dengan harapan masyarakat bersama pemerintah dapat duduk bersama berdiskusi untuk mencari ide-ide yang inovatif, kreatif dan berkelanjutan berbasis masyarakat untuk mencari solusi terbaik dalam menangani permasalahan pengelolaan sampah nasional.

Di hadapan 350 orang dari perwakilan asosiasi Bank Sampah, Pengusaha Daur Ulang Plastik, Pemerhati Lingkungan dan Lembaga Pelestarian Alam MUI, Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan penanganan sampah di seluruh Indonesia bukan hal yang mudah tanpa partisipasi masyarakat. “Yang paling penting dan paling cepat menyelesaikan masalah sampah adalah kita bersama, melalui gerakan-gerakan masyarakat,” kata Siti Nurbaya.

Terkait keterlibatan masyarakat, data KLHK menunjukkan jumlah pemulung sebanyak 5 juta orang yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia. Kontribusi pemulung di TPST Bantar Gebang dalam mengambil kembali sampah yang dapat didaur ulang mencapai 420 ton/hari.

Menurut data nasional dan profil dasar limbah padat, produksi sampah di Indonesia saat ini mencapai 64 juta ton per tahun. Tahun 2025, pemerintah menargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen atau 20,9 juta ton/tahun.

Sedangkan target penanganan sampah sebesar 70 persen atau 49, 9 juta ton/tahun. Komposisi sampah di Indonesia terbagi menjadi organik 60 persen, plastik 15 persen, kertas 10 persen, dan lainnya (metal, kaca, kain, kulit) 15 persen.

Dikatakan Polly Lengkong, Ketua Ikatan Pemulung Indonesia, saat ini tercatat sekitar 6.000 pemulung di Bantar Gebang. Jika tidak ada pemulung, 20–30 persen sampah tidak akan terangkut. Untuk itu, Polly punya ikatan dan konsep menjadikan ‘Pemulung Bermartabat’, dengan mendirikan kampung pemulung di mana pemulung tidak lagi tinggal di gubuk; mendirikan kawasan industri pengelolaan sampah; dan mendaftarkannya menjadi anggota BPJS.

Sektor informal lainnya dalam pengelolaan sampah yang berkembang secara masif saat ini adalah bank sampah, di mana masyarakat diedukasi secara langsung oleh penggiat bank sampah untuk melakukan pemilahan sampah di rumah tangga dan membawa sampah yang dapat didaur ulang untuk ditabung di bank sampah. Hal ini menumbuhkan ekonomi sirkular di masyarakat.

Jumlah Bank Sampah saat ini telah mencapai 5.244 bank sampah di 31 provinsi dan 218 kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah pelibatan masyarakat di Bank Sampah sebanyak 174.904 orang. Kontribusi bank sampah terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7 persen.

Sebagaimana dikatakan Saharudin Ridwan, Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia, bahwa konsep Bank Sampah adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dengan adanya bank sampah lingkungan jadi bersih, dan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi.

Saharudin mencontohkan di Makassar terdapat 365.000 nasabah bank sampah, 95 persen anggotanya adalah perempuan. “Sekarang telah muncul berbagai inovasi misalnya sampah tukar air galon, sampah tukar beras, dl.,” kata Saharudin.

Sejalan dengan isu pengelolaan sampah yang terus menjadi perhatian masyarakat, juga membuat tumbuh kembangnya komunitas/pemerhati lingkungan yang peduli terhadap pengelolaan sampah nasional. Saat ini tercatat terdapat 722 komunitas/kelompok masyarakat/gerakan masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan sampah.

“KLHK sangat mengapresiasi semua gerakan berbasis masyarakat ini”, ucap Siti Nurbaya.

Diharapkan hal ini dapat mendorong target pencapaian pengelolaan sampah nasional sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden No.97 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu 30 persen pengurangan sampah dan 70 persen penanganan sampai tahun 2025.