KTT Muslim Sorot Kerusakan Global

KKT Muslim sedunia di Bogor menyosot kerusakan global yang kini melanda di hampir semua negara.

7

 

TROPIS.CO-BOGOR – Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyat Islam, ditutup dengan penyampaian pesan bersama bertajuk ‘Bogor Message’. Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Din Syamsuddin, didaulat oleh para peserta  untuk membacakan deklarasi ‘Bogor Message’ itu.

Din mengatakan  Cendekiawan Muslim Dunia sangat resah atas realitas peradaban modern saat ini yang menunjukkan kekacauan global, ketidakpastian dan akumulasi kerusakan global. Kondisi ini semakin  diperparah oleh faktor kemiskinan, buta huruf, ketidakadilan, diskriminasi, dan berbagai bentuk kekerasan, baik di tingkat nasional maupun global.

Para pemikir ini kemudian bersepakat Islam Wasathiyyah bisa menjadi solusi atas pelbagai persoalan yang sedang terjadi di dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah.

“ Kami mempercayai Islam sebagai agama damai dan rahmat, keadilan, peradaban yang prinsip dan ajaran dasarnya mengajarkan cinta, rahmat, harmoni, persatuan, kesetaraan, perdamaian, dan kesopanan,” ujar  Din di Bogor, Kamis (3/5).

Din mengatakan paradigma Wasatiyyat Islam  telah dipraktikkan sejak era Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Paradigma inilah yang akan diperjuangkan para ulama dan cendekiawan Muslim di seluruh penjuru dunia.

“ Kami menegaskan kembali peran dan tanggung jawab moral para cendekiawan Muslim untuk memastikan dan memelihara generasi masa depan untuk membangun peradaban Ummatan Wasatan,” kata Din.

Para ulama dan cendekiawan Muslim berkomitmen mengaktifkan kembali paradigma Wasathiyah sebagai inti ajaran Islam yang disokong tujuh nilai utama. Pertama, tawassut, yakni posisi di jalur tengah dan lurus. Kedua, i’tidal, yakni berperilaku proporsional dan adil dengan tanggung jawab.

Nilai ketiga adalah tasamuh, mengakui dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan. Keempat, syura, bersandar pada konsultasi dan menyelesaikan masalah melalui musyawarah untuk mencapai konsensus.

Kelima, islah, keterlibatan dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama. Keenam, qudwah, merintis inisiatif mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia. Nilai terakhir yaitu muwatonah, mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan. KTT  ini juga mendorong komunitas maupun negara Muslim berinisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasatiyyat lslam dalam forum-forum dunia.

“Mendorong negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasatiyyat lslam, melalui World Fulcrum of Wasatiyyat Islam, dalam rangka membangun Ummatan Wasatan, sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas,” tegas Din.

Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyat Islam,dimulai sejak 1 Mei dan berakhir 3 Mei 2018. KTT Wasithiyah Islam dihadiri 100 lebih ulama dan cendikiawan Muslim se-dunia. KTT dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor dan ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta.

Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengajak semua ulama di dunia

untuk ambil bagian menghentikan radikalisme.  “Bagaimana menghentikan ajaran-ajaran yang tentu menyebabkan masalah di negara-negara Islam ini,” ujar Kalla ketika menutup Konsultasi Tingkat Tinggi  Ulama itu.

Menurut Kalla, selain intervensi negara lain, penyebab negara-negara Islam di dunia berkonflik dan hancur adalah karena ajaran yang bisa menciptakan pemikiran radikal.

“Pikiran-pikiran yang radikal, menyebabkan satu konflik yang berdarah di antara kita semuanya,” ujarnya.

Indonesia pun, kata Kalla, tak luput dilanda persoalan tersebut. Misalnya, konflik Poso dan Ambon yang pecah beberapa tahun lalu. “Walaupun semuanya bisa kita damaikan,” kata Kalla.

Karena itu, Kalla menganggap ajaran-ajaran radikal tersebut perlu diluruskan demi mencegah konflik yang semakin besar. “Lihat semuanya yang terjadi di Eropa yang oleh mereka disebut teror. Mereka itu tidak mempunyai pemahaman agama yang baik. Tidak mengerti,” kata dia.

Ia pun lantas mengajak semua ulama di dunia untuk mengajarkan ajaran Islam yang baik. Sebab, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia punya tanggungjawab untuk itu. “Bagaimana kita memperbaiki atau bersama-sama menciptakan Islam yang damai, Islam wasatiyah, sehingga terjadi suatu kedamaian, baik antara kita juga negara-negara lain,” kata dia.