Tiongkok Akan Tambah Impor CPO Indonesia

Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan dalam kunjungan ke Tiongkok mengadakan pertemuan dengan anggota Dewan Negara Tiongkok Yang Jiechi di Balai Agung Rakyat,

TROPIS.CO, JAKARTA – Kabar mengembirakan datang dari pemerintah Tiongkok setelah Menko Bidang Kamaritiman Luhut B Pandjaitan berkunjung ke negara Tirai Bambu itu. Tiongkok sepakat menambah impor produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia dan mengurangi impor kedelai dari Amerika Serikat (AS).

Ini dampak dari perang dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia itu dalam beberapa waktu terakhir.

Sebagai informasi hubungan dagang AS dan Tiongkok memanas karena mereka daling menuding memberlakukan tarif yang tidak fair terhadap barang- barang ekspornya.

“Kami bilang kalau butuh sawit, kami tambah lagi. Mereka kelihatannya setuju,” kata Menko Bidang Kamaritiman Luhut B Pandjaitan di Beijing, Minggu(15/4/2018).

Menurut Luhut, penambahan impor sawit merupakan salah satu langkah Indonesia memanfaatkan perang dagang antara Tiongkok dan AS. Ia berharap rencana penambahan impor sawit dari Indonesia bisa diumumkan secara resmi oleh Perdana Menteri Tiongkok saat melakukan kunjungan ke Indonesia pada 6 Mei mendatang.

Nilai impor produk sawit Tiongkok dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan secara signifikan. Pada akhir tahun lalu, impor kelapa sawit Tiongkok dari Indonesia mencapai 3,73 juta ton, naik dibanding 2016 sebanyak 3,23 juta ton.

“Kalau Tiongkok setuju peningkatan impor sawit maka akan banyak membantu 16 juta petani kita,” kata Luhut.

Kendati diuntungkan dari kondisi tersebut, Luhut menegaskan bahwa posisi Indonesia tetap netral dalam menyikapi perang dagang diantara kedua negara.

“Bicara masalah perdagangan AS dengan Tiongkok posisi Indonesia sebagai negara cukup besar tidak perlu berpihak kepada salah satu. Jadi kita bisa meletakkan posisi kita dengan cantik,” katanya.

Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Tiongkok pada 12-14 April 2018, Luhut bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang, Penasihat Pemerintah sekaligus Menteri Luar Negeri Wang Yi, dan sejumlah pejabat Kementerian Perdagangan (Mofcom), Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi (NDRC), Bank Pembangunan Tiongkok, serta para pengusaha setempat.

Berminat Investasi

Sementara itu, satu perusahaan dari Tiongkok berminat melakukan investasi di berbagai daerah di Indonesia senilai 10 miliar dolar AS. Satu perusahaan yang ingin investasi di Indonesia ini di luar kerangka kerja sama OBOR (One Belt One Road/Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 yang digagas Tiongkok)

Beberapa pimpinan perusahaan asal Tiongkok tersebut menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di sela-sela kunjungan resminya ke Beijing pada 12-14 April 2018. Perusahaan tersebut, jelas dia, memiliki beberapa mitra bisnis di Indonesia dan siap mengembangkan industri di Morowali, Sulawesi Tengah, dan Halmahera Utara, Maluku Utara.

Di kedua daerah di wilayah Indonesia timur itu, perusahaan asal Tiongkok bersama mitra lokalnya akan mengembangkan industri baja dan karbon. “Selain itu, mereka juga ingin mengembangkan industri lithium (baterai) untuk mobil listrik di Indonesia,” kata Luhut.

Luhut mengungkapkan, keinginan perusahaan asal Tiongok itu untuk berinvestasi di Indonesia karena tertarik dengan kebijakan insentif pajak untuk investasi asing yang nilainya di atas US$2,5 miliar.

Dalam kunjungannya ke Tiongkok tersebut. Luhut juga menyaksikan beberapa penandatanganan kontrak kerja sama bisnis antara perusahaan Indonesia dan Tiongkok dan lembaga lainnya dalam kerangka kerja sama OBOR. Jenderal purnawirawan TNI itu juga mendapatkan kepastian dari PM Li yang akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 6-8 Mei 2018.