Tinggalkan Energi Nuklir, Prancis Fokus pada Energi Baru dan Terbarukan

Energi Baru Terbarukan bersumber air mulai dikembangkan Perancis

TROPIS.CO – PARIS. Prancis mulai meninggalkan ketergantungannya pada energi nuklir dan fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Dua jenis EBT yang diminati negara tersebut ialah surya dan air. Prancis mendorong pemanfaatan EBT dengan melihat tren perkembangan dunia yang memprioritaskan EBT sebagai sumber energi utama.
Vice President Research and Development (R&D) Electricite’ de France (EDF), Jacques Sacreste menyebutkan, memudarnya dukungan pada teknologi nuklir baik secara politik maupun sosial mendorong Perancis menoleh pada energi terbarukan terutama surya dan air, dengan menggandeng Start-up Energi Terbarukan di seluruh dunia.
Itu disampaikannya saat menyambut delegasi pemuda Indonesia pemenang kompetisi Youth Forum #15HariCerita Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di EDF Lab Paris-Saclay, Palaiseau, Perancis (19/4). EDF merupakan perusahaan pengusahaan dan penyediaan listrik bagi masyarakat Perancis, semacam PLN yang dimiliki oleh Perancis.
Biaya dan waktu memang menjadi masalah besar bagi industri nuklir Perancis dalam beberapa tahun terakhir. Di negara yang menjadi tempat penemuan radioaktif yang mana industri nuklir telah mempekerjakan 220 ribu orang ini, biaya energi nuklir terus naik karena persyaratan keselamatan yang semakin ketat.
Sacreste mengatakan ketika energi matahari dan angin semakin murah dalam satu dekade belakangan, EDF dengan mantap menggelontorkan 1/3 dari budgetnya untuk R&D khususnya energi terbarukan. EDF juga tak segan berpartner dengan start-up energi terbarukan dari seluruh dunia untuk mendukung riset baru mereka yang saat ini sudah berjumlah sekitar 4.000.
“Ini adalah investasi jangka panjang kunci masa depan dimana Perancis akan mengurangi porsi nuklir dari 75 ke 50 persen. Kami akan terus mencoba dan tidak akan melewatkan kesempatan,”ungkap Secreste .
.
Menurut Sacreste, pengembangan energi terbarukan Perancis akan difokuskan pada energi surya dan air. Teknologi wind-offshore juga menjadi fokus kolaborasi EDF dengan Negara lain di kawasan Uni Eropa. Visi EDF cukup ambisius, menggandakan kapasitas energi terbarukan dari 28 giga watt (GW) menjadi lebih dari 50 GW dalam waktu kurang dari 15 tahun, menjadi pioner penyedia energi terbarukan di kawasan Uni Eropa pada 2030.
Transisi energi telah terjadi di Perancis. Agenda energi Presiden Makron jelas mengenai aspek ini, komitmen untuk energi terbarukan dan penghapusan ketergantungan nuklir secara bertahap. Perancis menargetkan untuk mengurangi pangsa tenaga nuklir dari 75 persen pada saat ini menjadi 50 persen pada tahun 2025. Perlu dicatat bahwa untuk memenuhi target 50 persen nuklir tersebut, lebih dari 25 persen listrik yang saat ini berasal dari nuklir harus diproduksi oleh energi terbarukan pada tahun 2025.
Sebagai konsekuensi, beberapa reaktor nuklir yang operasinya akan berakhir pun perlu mendapat perhatian lebih saat memasuki decommissioning(penurunan tingkat radiasi hingga 5 mSv atau lebih rendah) agar tidak membahayakan pekerja, masyarakat sekitar, maupun lingkungan.
Selain proses decommissioning, PLTN harus menjalani proses dismantling (pemotongan bagian-bagian dari inti reaktor dan peralatannya menjadi potongan-potongan kecil agar mudah dikemas dan diangkut) setelah tidak lagi beroperasi.
Dukungan Teknologi
Ditempat terpisah, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar saat menghadiri acara peluang investasi EBT menyebutkan, RI saat ini fokus mendorong pengembangan EBT. Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi penentu agar target bauran EBT tercapai. Hal itu sepeti kemampuan teknologi, sumber daya manusia (SDM) serta data yang valid.
Disebutkannya pula bahwa hingga akhir 2017 telah dilakukan penandatanganan power purchase agreement (PPA) pembangkit listrik EBT. Penandatanganan itu antara PT.Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan Independent Power Producer (IPP). “Dari jumlah itu 3 di antaranya sudah rampung dan beroperasi,” pungkasnya