Samson, Badak Jawa di Ujung Kulon Mati

Sekteraris Ditjen Konservasi dan Sumberdaya Alam, dan Ekosistem Heri Subagyadi,, (tengah), Kepala Balai TN Ujung Kulon Mamad Rahmat (kiri) dan Djati Witjaksono, Kabiro Humas Kementerian LHK, saat menjelaskan kematian Samson dan melahirkannya Puti dan Dewi. (Foto Uka/Tropis.co)

Tropis.co – JAKARTA. Samson, Badak Jawa, dikabarkan mati dalam kondisi fisik masih utuh, dengan cula yang masih lengkap. Samson dengan ID 037.2012 ditemukan sudah menjadi bangkai di Pantai Karang Ranjang, Resort Karang Ranjang, SPTN Wilayah II Pulau Handeuleum, TN Ujung Kulon, Pandeglang.

” Samson ditemukan sekitar 23 April, namun kematiannya diperkirakan 3 hari sebelumnya,” Kata Heri Subagyadi,Sekteraris Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Kamis.

Terhadap Samson sudah dilakukan identifikasi Balai TN Ujung Kulon bekerjasama dengan tim dokter hewan Patologi IPB dan WWF. Telah pula dilakukan pendokomentasian dan penyelamatan cula serta bangkai agar tidak terbawa arus. Pada saat ini bangkainya sudah dikubur dan beberapa waktu mendatang diangkat kembali untuk diambil tulang tulangnya, dirangkai seperti bentuk tubuh aslinya.

Pada pemeriksaan awal, kata Mamat Rahmat, Kepala Balai TN Ujung Kulon, tidak ditemukan adanya luka akibat perburuan. Juga tidak ditemukan tanda tanda adanya penyakit infeksi dengan pathogen yang bersifat akut. Sehingga Samson untuk sementara waktu, diperkirakan mati karena faktor usia. “Kini umur Samsong sekitar 30 tahun,”ujar Mamat Rachmad.

Namun demikian untuk mengetahui lebih pastinya, tim kedokteran hewan dari IPB telah melakukan indentifikasi dan nekropsi, mengambil sampel berupa usus, otot jantung dan hati, dan semua sampel ini sudah di bawah ke Kedokteran Hewan IPB. “Jadi untuk pastinya kita tunggu hasil identifikasi Tim dokter hewan IPB.

Hasil pantauan dari tim kesehatan ternak TN Ujung Kulong, terhadap kesehatan Badak Jawa yang ada di TN Ujung Kulon ini, hingga saat ini semuanya sehat. Pantauan kesehatan berdasarkan analisa kotoran yang ada tidak teridentifikasi adanya bakteri yang membahayakan. “Kami nyatakan semua Badak Jawa di TN Ujung Kulon ini sehat,”tandas Mamat Rahmat. ” Sehingga kami perkirakan penyebab kematiannya karena faktor usia,”lanjutnya.

Heri Subagyadi, mengatakan, dari 68 individu Badak Jawa yang ada di TN Ujung Kulon, Badak dewasanya rata rata berusia 30 – 40 tahun. Dan sebenarnya, usia Badak ini bisa mencapai 50 – 60 tahun, bila genetiknya bukan dari hasil inbreading. Karenanya, pihak TN Ujung Kulon kini tengah berupaya “mensapihkan” anak dari induknya, bila Badak itu pada usia 3 atau 4 tahun.

Sebelumnya memang, manajemen TN Ujung Kulon juga dikabarkan bersuka ria. Karena, hasil pantauan rekaman video trap bulan Februari kemarin, Puri yang memiliki nomor identitas ID:013.2011 dan Dewi dengan nomor identitas ID: 004.2011, masing masing melahirkan. Puri diketahui melahirkan di Blok Rorah Bogo, dan Dewi melahirkan di Blok Cikeusik, SPTN Wilayah II Pulau Handeuleum. “Kedua anak itu belum diberi nama,”kata Heri Subagyadi.

Saat ini, populasi Badak jawa yang ada di TN Ujung Kulon, hasil monitoring tahun 2017, ada sebanyak 67 individu. Namun dengan matinya Samson dan melahirkannya Puri dan Dewi, maka populasi individu Badak Jawa itu ada sebanyak 68 individu. Dan diantara mereka itu kebanyakan berkelamin jantan. (Uka)

S