Pemprov Babel Fasilitasi Pembangunan Industri Minyak Goreng di Belitung

Pasar ekspor minyak sawit Indonesia masih tumbuh 1,5 persen (yoy) walaupun diwarnai penuh masalah dan berbagai kampanye negatif dan masalah paling serius yakni rencana Uni Eropa untuk mengurangi impor sawit mulai 2021. : Wisesa/TROPIS.CO
Pasar ekspor minyak sawit Indonesia masih tumbuh 1,5 persen (yoy) walaupun diwarnai penuh masalah dan berbagai kampanye negatif dan masalah paling serius yakni rencana Uni Eropa untuk mengurangi impor sawit mulai 2021. Foto : Wisesa/TROPIS.CO

TROPIS.CO, PANGKALPINANG – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung siap memfasilitasi investor untuk membangun industri pengolahan minyak mentah sawit menjadi produk minyak goreng di Kabupaten Belitung, guna mempercepat beroperasinya industri CPO di daerah itu.

“Saat ini pembangunan industri pengolahan CPO menjadi minyak goreng masih dalam persiapan di Kabupaten Belitung,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Wilayah dan Pengawasan Industri Disperindag Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Agoeng Eko Witjaksono di Pangkalpinang, Jumat (4/1/2019).

Ia mengatakan bahwa pembangunan industri minyak goreng ini masih dalam proses pengurusan izin ke Kementerian Perindustrian, sedangkan peralatan, lahan sudah disiapkan investor.

“Kami siap memfasilitasi untuk mendorong, agar industri ini cepat berproduksi,” ujarnya.

Menurutnya, apabila industri pengolahan CPO menjadi produk minyak goreng ini berproduksi maka akan memberikan dampak yang positif terhadap harga buah tandan segar kelapa sawit petani, membuka lapangan kerja baru dan menjaga harga minyak goreng di daerah ini tentu lebih murah.

“Mudah-mudahan tahun ini industri miniyak goreng ini berproduksi, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mayarakat di daerah ini,” ujar Agoeng.

Ia mengatakan, saat ini jumlah perusahaan perkebunan sawit di Provinsi Kepulauan Babel sebanyak 17 perusahaan dan belum mengolah CPO menjadi berbagai produk lainnya seperti minyak goreng, sabun, makanan olahan, bahan kimia dan lainnya.

“Selama ini buah sawit segar dan CPO yang dihasilkan perusahaan dan petani dikirim ke Pulau Jawa dan Sumatera untuk diolah menjadi berbagai produk olahan yang memiliki ekonomi tinggi,” pungkas Agoeng. (*)