Pemerintah Tingkatkan Target Investasi Energi Baru dan Terbarukan

energi panas bumi kian dikembangkan sebagai substitusi energi fosil

TROPIS.CO – Jakarta. Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari mengatakan pemerintah telah menetapkan target realisasi investasi sektor energi baru dan terbarukan pada 2018 lebih besar dari tahun lalu. Hingga kini realisasi investasi subsektor Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menyentuh angka 294 juta dollar AS sampai dengan kuartal-I tahun 2018.

“Secara persentase, angka tersebut dikonversi menjadi 14,7 persen dari target investasi subsektor EBTKE pada tahun 2018 sebesar 2 miliar dollar AS,” kata. Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari, di Jakarta, Rabu (25/4)

Ida menyebutkan besaran target investasi di 2018 terdiri dari 5 juta dollar AS untuk bidang konservasi energi, 72 juta dollar AS untuk investasi bidang bioenergi, 718 juta dollar AS untuk aneka EBT, dan 1,21 miliar dollar AS untuk investasi panas bumi.

Jumlah investasi subsektor EBTKE mengalami peningkatan dibandingkan realisasi pada tahun 2017 yang menembus angka 1,34 miliar dollar AS. “Kenaikan target investasi 2018 melihat potensi bisnis EBT sekitar 225 Giga Watt (GW) pada 11 wilayah yang keekonomiannya menarik, yaitu Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik setempat lebih besar dari BPP Nasional,”ungkapnya.

Sementara itu, Dirjen EBTKE Rida Mulyana. Mengatakan guna mengejar nilai investasi subsektor EBTKE sesuai target, Kementerian ESDM c.q Direktorat Jenderal EBTKE mengundang para pengembang bisnis EBT melalui Workshop Peluang Investasi EBT untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan EBT seperti pendanaan, pemerataan listrik hingga harga terjangkau.

“Salah satunya kendala adalah ketersediaan dana murah/soft loan di dalam negeri masih terbatas,” ujar Dirjen EBTKE Rida Mulyana.

Meski begitu jelas Rida, Pemerintah tidak tinggal diam. Terutama untuk mewujudkan target buaran EBT 23 persen pada tahun 2025. Strategi percepatan yang ditempuh antara lain, yaitu prioritas pengembangan panas bumi, hidro, bioenergi, surya dan angin hingga penyediaan insentif fiskal dan non-fiskal.
Akurasi Data

Di tempat yang sama, kepada pelaku usaha sektor EBT, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar meminta untuk lebih cermat dalam melihat data sumber EBT di tanah air. Panas bumi misalnya, data panas bumi di Indonesia yang beredar luas menyentuh total sebesar 29 giga watt (GW). Faktanya, data itu hanya kisaran potensi.

Arcandra meminta para pebisnis EBT menggali lebih jauh subsektor ini selain panas bumi maupun sampah. Konversi energi termal lautan atau Ocean Thermal Energy Convertion (OTEC) bisa digali lebih dalam untuk dijadikan lahan bisnis EBT. “Indonesia adalah salah satu punya potensi OTEC yang besar dan terbaik,” ucapnya memberi solusi.
Lebih jauh dirinya mengupas tuntas bagaimana peran teknologi dalam mengembangkan bisnis EBT yang bergantung pada kearifan lokal (local wisdom).

Teknologi yang digunakan harus bisa diaplikasikan sehingga hasilnya efisien dan efektif. Kondisi Eropa atau Amerika dengan Indonesia yang mempertimbangkan kemajuan teknologi dan kearifan lokal menjadi dasar pembangunan bisnis EBT di kemudian hari.