Kepedulian PT Timah Terhadap Lingkungan Rendah

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyerahkan angugerah PROPER Emas dan PROPER Hijau kepada perusahaan-perusahaan yang menaati aturan dan mampu berinovasi untuk pelestarian lingkungan. Foto : Jos/tropis.co
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyerahkan angugerah PROPER Emas dan PROPER Hijau kepada perusahaan-perusahaan yang menaati aturan dan mampu berinovasi untuk pelestarian lingkungan. Foto : Jos/tropis.co

TROPIS.CO, JAKARTA – Tingkat kepedulian PT Timah terhadap pelestarian lingkungan hidup masih relatif rendah ketimbang kelompok usaha tambang lainnya.

Dengan peringkat PROPER Biru, PT Timah belum bisa dijadikan benchmarking bagi perusahaan lainnya, seperti PT Adaro Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, serta PT Bukit Asam.

“Perusahaan yang bisa dijadikan benchmarking, mereka yang sudah PROPER Emas, dan lebih satu kali menerimah anugrah Emas,” tutur Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, M.R. Karliansyah, di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

Menurut Karliansyah, perusahaan dalam PROPER Biru dinilai kepedulian mereka terhadap lingkungan baru sebatas memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tanpa disertai inovasi.

Padahal tingkatan kepedulian sejumlah perusahaan, tak lagi sebatas ketaatan dalam melaksanakan ketentuan, tapi sudah ikut berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca.

Dengan PROPER kini sejumlah perusahaan telah berinovasi dalam kegiatan produksi telah berdampak terjadinya efisiensi dan penghematan, kemudian memberikan kontribusi terhadap penurunan emisi Gas Rumah Kaca.

PT Pertamina Geothermal Energy area Kamojang misalnya, disebut Karliansyah, dalam pengembangan community development menggunakan alat sterilisasi Cocopeat bibit kentang dengan uap geothermal sebagai bentuk inovasi telah mampu menekan emisi CO2 dari 2000 kg CO2 Eq menjadi 7,7 kg CO2 Eq.

“Artinya dengan inovasi itu Pertamina Geothermal Energy Kamojang, telah mampu mengurangi emisi 99,6%,” ujar Karliansyah.

Tidak sebatas itu, dengan inovasi tersebut, Pertamina Geothermal pun mampu menekan timbulan limbah hingga 300%, dari 40.000 kg menjadi 10.000 kg.

“Konsumsi bahan bakar yang semula 240 kg gas LPG menjadi zero karena diganti dengan uap geothermal,” tuturnya.

Selain Pertamina Geothermal, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali – Unit Pesanggaran, dengan inovasi from Nature To Renewable Energy, telah mampu melakukan efisiensi energy hingga kini tinggal 76,03 Gj.

Begitu pun dengan pengelolaan limbah B3 (waste gate), turun tajam kini tinggal 28,5 ton sludge serta efisiensi air hingga tinggal 155,5m3.

PT Bukit Asam Unit Pertambangan Tanjung Enim, dikatakan Karliansyah, dengan penerapan Hybrid Dump Truk berbasiskan electric Power Drive, telah berhasil penghematan konsumsi oli sebanyak 77.592 liter sehingga menghemat biaya operasional Rp4,6 miliar.

Karliansyah menilai, inovasi yang satu satunya di Indonesia telah menurunkan timbulan limbah B3 dominan, berupa oli bekas sebanyak 69 hingga 83 ton, dan non dominan 31,33 ton berupa aki bekas.

“Berbagai inovasi dari sejumlah perusahaan ini telah berdampak positif terhadap pemanasan global, emisi jadi turun,” pungkas Karliansyah. (*)