Insentif Dana BPDPKS Perlu Diberikan pada Pertamina dan PLN

Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto memperkirakan, pembangunan kilang CPO dapat mempercepat proses pencampuran minyak mentah (crude oil) dengan CPO menjadi bahan bakar. Foto : Jos/tropis.co
Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto memperkirakan, pembangunan kilang CPO dapat mempercepat proses pencampuran minyak mentah (crude oil) dengan CPO menjadi bahan bakar. Foto : Jos/tropis.co

TROPIS.CO, JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) perlu memperluasnya peran pendanaannya dengan memberikan insentif bagi BUMN seperti Pertamina untuk membuat kilang pengolahan CPO serta PLN untuk berinvestasi pada mesin-mesin yang kompatitel dengan biodiesel.

Perluasan peran pendanaan itu diprediksi mampu menahan kejatuhan harga minyak CPO yang kini berada di bawah US$500 per ton yang dipicu turunnya permintaan pasar ekspor dan berakibat pada terjadinya kelebihan CPO Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun ini.

Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto memperkirakan, pembangunan kilang CPO dapat mempercepat proses pencampuran minyak mentah (crude oil) dengan CPO menjadi bahan bakar.

“Pembangunan Kilang itu diharapkan mampu menyerap CPO hingga 20 juta ton per tahun atau 340 ribu barel per hari (bph),” kata Agus dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Menahan Kejatuhan Harga CPO, Menyelamatkan Petani” di Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Insentif bagi PLN perlu dilakukan untuk agar ada peningkatan penggunaan CPO pada pembangkit listrik.

Dengan insentif ini, PLN dapat mengembangkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) berbahan bakar miyak sawit.

Hanya saja, agar PLN tidak terbebani, BPDPKS dapat membantu pembiayaan untuk pilot plant dan perencanaan.

“Peran BPDP-KS juga diperlukan ketika terjadi selisih harga antara BBM dan BBN,” kata Agus.

Agus menyarankan, pemerintah juga perlu melakukan penjajakan program barter biodiesel biothanol dengan Brasil yang memiliki potensi sebesar 3,3 juta kiloliter.

Selain itu, Substitusi MFO (marine fuel oil) dengan CPO oleh PLN yang potensinya bisa mencapai 0,9 juta kiloliter juga perlu dilakukan.

“Peluang lain,mengganti PLTD berbahan bakar HSD dengan CPO atau minyak goreng. Potensinya bisa mencapai 2,9 juta kiloliter,” tutur Agus.

Dia menyarankan, pemerintah untuk mempercepat program B 20 menjadi B30.

“Paling tidak, program B 30 bisa terealisasi pertengahan tahun depan untuk mempercepat serapan dan mendorong kenaikan harga CPO,” pungkas Agus. (*)