Gubernur Ajak Petani Lada Gunakan Tajar Hidup

Menggunakan tajar hidup misalnya pohon karet, dadap, kapuk dan tanaman keras lainnya untuk mengurangi biaya pembelian tajar mati yang mahal. Foto : Tribunnews.com
Menggunakan tajar hidup misalnya pohon karet, dadap, kapuk dan tanaman keras lainnya untuk mengurangi biaya pembelian tajar mati yang mahal. Foto : Tribunnews.com

TROPIS.CO, PANGKALPINANG – Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengajak petani lada putih menggunakan tajar hidup sebagai penyangga tanaman tersebut, guna menekan biaya pengelolaan komoditas ekspor tersebut.

“Saya berharap petani tidak lagi menggunakan tajar mati, karena biaya lebih tinggi,” tutur Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang, Selasa (20/11/2018).

Ia mengatakan bahwa menggunakan tajar hidup misalnya pohon karet, dadap, kapuk dan tanaman keras lainnya untuk mengurangi biaya pembelian tajar mati yang mahal.

“Menggunakan tajar hidup tidak mengurangi biaya pengelolaan perkebunan lada, tetapi juga dapat meningkatkan hasil panen komoditas tersebut,” ujarnya.

Menurut Erzaldi, saat ini petani Vietnam menggunakan tajar hidup untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan hasil panen lada putih di negara tersebut.

Sekarang produksi lada negara itu mencapai 300 ribu ton per tahun, sementara Babel hanya 12 ton per tahun.

“Saya minta petani tidak lagi mengeluh masalah harga turun naik, tetapi bagaimana cara meningkatkan hasil panen dua ton per hektare,” katanya.

Dia menambahkan, selama ini petani selalu mengeluh dan tidak memperdulikan program pemerintah dalam meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani di daerah ini.

“Maksimal petani memetik lada delapan meter dan ke atasnya petani cukup menunggu bijih lada itu jatuh dan menjadi lada hitam,” pungkas Erzaldi. (*)