Ekspor Sawit Menjelang Ramadhon, Negara Muslim terdongkrak Tinggi, Pasar Tradisionil Tergerus Tajam

Kadin negosiasiakan pajak impor CPO

 

 

TROPIS.CO, JAKARTA- Kondisi Romadhon tahun ini seperti kurang mengembirakan bagi industri sawit nasional. Sangat beda dengan tahun tahun sebelumnya, Romadhan seakan selalu ditunggu. Sebab pada saat inilah ada kesempatan tambahan  devisa karena adanya lonjakan ekspor minyak sawit dan sejumlah produk turunannya.

Namun tahun ini tidak. Permintaan tambahan terhadap sawit dan produk turunannya hanya terjadi pada negara negara muslim, seperti  Banglades, Timur Tengah dan Pakistan.

Bangladesh membukukan kenaikan impor sebesar 222% atau dari 64,57 ribu ton di Maret menjadi  208,10 ribu ton pada April 2018 ini.

April tahun ini  merupakan rekor
pertama Bangladesh mengimpor minyak sawit di atas 200 ribu ton.

Dan pada 4 bulan pertama kenaikan impor minyak sawit berikut produk turunannya, rata rata mencapai dari 358,87 ribu ton Januari  terdongkrak tinggi  padaApril,  hingga menembus angka 595,09 ribu ton.

Kenaikan ini mungkin pengaruh dari kebijakan india yang menaikan  tarif impor yang relatif tinggi, sehingga industri-industri olahan di Bangladesh memanfaatkan  situasi ini  demi mendapatkan keuntungan lebih besar.

Impor Bangladesh bisa juga dipengaruhi oleh keberhasilan dari misi dagang Kementerian Perdagangan RI bersama Asosiasi Sawit pada Maret 2018.

Kenaikan  di ikuti  Negara-negara di Timur Tengah. Pada priode yang sama naik sekitar  39%, dari 146,84 ribu
ton Maret menjadi 204,21 ribu ton pada April.

Sementara Pakistan hanya naik
0,23% dari 162,93 ribu ton di Maret naik menjadi 163,30 ribu ton di April.

Ini fenomena yang tidak lazim, karena biasanya menjelang Ramadhan permintaan minyak sawit oleh
India meningkat, tetapi tidak di kuartal pertama tahun 2018 ini. Mungkin akibat pemberlakukan tarif impor
tinggi oleh India.

Ekspor minyak sawit Indonesia ke India turun sekitar 15% dari  408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton. Caturwulan pertama ekspor ke India tergerus 24%.

Dibanding priode yang sama tahun lalu, Priode Januari – April  tahun ini, impor minyak sawit India dari Indonesia, turun mencapai  570,89 ribu ton, dari 2,37 juta ton menjadi 1,80 juta ton.

Tidak hanya ke India, hampir semua pasar tradisionil sawit Indinesia, seperti  Cina, Amerika, Uni Eropa sejak memasuki Ramadhon hingga sekarang mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Secara keseluruhan ekspor ke Cina, India.Amerika dan uni Eropa, turun sekitar 5%. Saat itu ekspor ke kawasan  tersebut mencapai 2,53 juta ton.

Secara year on year  total ekspor dari Januari – April 2018 mencapai 10,24 juta ton atau turun 4% dibandingkan periode 2017 yang mampu mencapai 10,70 juta
ton.

Begitupun  nilai ekspor  turun  menjadi US$ 7,04 miliar atau  sekitar 13% . Padahal tahun kemarin masih mencapai  US$ 8,06 miliar.

Khusus ke Cina, dalam priode  Maret – April tergerus sangat tajam, mencapai 38%, dari 379,98 ribu ton tinggal 234,42 ribu ton pada April.

Penurunan ini lebih dikarenakan para traders sedang menunggu regulasi baru yang akan diterapkan terkait dengan pajak impor minyak nabati.

  • Dikabarkan bahwa pemerintah China efektif pada 1 Mei 2018 menurunkan tarif impor minyak nabati yang semula 11% menjadi 10%.  Selain itu China juga telah memberlakukan pengetatan pengawasan atas impor minyak nabati.