Titik Panas di Sumatera Turun Drastis

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017. Foto : Antara
Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017. Foto : Antara

TROPIS.CO, BANDA ACEH – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyebut, jumlah titik panas di daratan Sumatera menurun drastis dengan cuma menyisakan dua titik, setelah kemarin sempat terdeteksi oleh satelit 58 titik.

“Ya, turun. Pagi ini cuma ada dua hotspot (titik panas) di Sumatera, sedangkan di Aceh nihil,” ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Blang Bintang, Aceh, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Rabu (19/9/2018).

Ia mengatakan, kedua titik panas ini terpantau oleh ketiga satelit yang digunakan melalui sensor modis, yakni Terra, Aqua, dan Suomi NPP, masing-masing tersebar di dua provinsi langganan kebakaran hutan dan lahan, yaitu Riau, dan Sumatera Selatan.

Titik panas di “Bumi Lancang Kuning” julukan bagi Riau, dinyatakan sebagai titik api karena memiliki tingkat kepercayaan di atas 81 persen.

Sedangkan titik panas di Sumatera Selatan, masih diduga titik api akibat tingkat kepercayaan lebih dari 71 persen.

Seperti diketahui, Selasa (18/9/2018), satelit mendeteksi 58 hotspot di Sumatera yang tersebar di tujuh provinsi. Yakni Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung.

“Cuaca di wilayah Aceh sedang masa transisi ke musim penghujan, sehingga minim titik panas. Kondisi ini, belum berlaku bagi provinsi lain di Sumatera,” ungkap Zakaria.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

“Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915.

Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257,” tutur Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha).

Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.

“Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian,” pungkas Raffles. (*)